BAB I
PENDAHULUAN
Semua anak,
khususnya anak sekolah dasar menampakkan kesenangan belajar dan bahkan mereka
ingin mempelajari banyak hal. Dorongan ingin tahu mereka yang sangat tinggi
dapat dilihat dari keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan dengan kemampuan
dan dorongan mereka untuk mengetahui sesuatu dan membuat sesuatu secara
kreatif. Mereka senang bermain boneka, pistol-pistolan dan berbagai macam alat
permainan lainnya yang mereka ciptakan melalui bahan alami seperti daun
singkong untuk membuat boneka wayang, dan dahan pisang untuk membuat
pistol-pistolan.Mereka cenderung meniru dan mencoba apa yang mereka lihat dan
ketahui. Mereka memiliki minat yang luas dan cita-cita yang banyak, walaupun
mereka belum menyadari bahwa untuk mengembangkan minat dan mencapai cita-cita
mereka memerlukan pengorbanan dan kerja keras. Mereka juga belum menyadari
perlunya memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kepribadian yang sesuai
dengan tuntutan keinginan mereka. Anak-anak sangat menyenangi belajar, seperti
yang kita ketahui dari pendapat (Soepartinah, P.S., 1981) bahwa sebenarnya
anak-anak dapat dan ingin belajar, dan lebih dari itu, mereka ingin belajar
sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin.
Oleh karena itu, guru-guru diharapkan dapat memberikan
kesempatan kepada anak-anak untuk belajar kreatif sebanyak dan selekas mungkin.
Caranya adalah dengan membuat situasi belajar yang menarik dan sekreatif
mungkin sehingga anak-anak dapat memiliki keinginan untuk kreatif seperti yang
dilakukan oleh gurunya.
Berdasarkan
latar belakang yang penyusun sajikan diatas, maka disini kami dapat merumuskan
beberapa permasalahan, diantaranya:
1. Bagaimana ciri-ciri yang menunjukan
kepribadian kreatif itu?
2. Apakah faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam perkembangan kreatifitas?
Tujuan
penulisan dari makalah ini, yaitu:
1.
Mengetahui apa saja ciri-ciri
perkembangan kreatifitas,
2.
Memahami faktor yang mempengaruhi
perkembangan kreatifitas.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
beberapa tinjauan yang
harus dikaji. Adapun definisi kreativitas itu dapat Secara umum kreativitas
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu
cara yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang
unik terhadap berbagai persoalan (Semiawan, 1999: 89).
Selain dari apa yang
telah disebutkan diatas, maka untuk memahami pengertian kreativitas, maka Rhodes
(Munandar, 1977) mengemukakan bahwa ada dikaji melalui the Four P’s of
Creativity (Person, Product, Process, and Press).
Kreativitas sebagai
pribadi (person), kreativitas itu mencerminkan keunikan individu dalam
pikiran-pikiran dan ungkapan-ungkapan. Hal ini dipertegas oleh Paul Swartz
(1963) bahwa kreativitas merupakan ekspresi tertinggi individualitas manusia.
Kretivitas sebagai
produk (product), suatu karya dapat dikatakan kreatif, jika karya itu
merupakan suatu ciptaan yang baru atau orisinil dan bermakna bagi individu dan
/ atau lingkungan. Lebih jauh diungkapkan oleh Jhon A. Glover (1980) bahwa ada
tempat pemberangkatan yang terbaik, yaitu kriteria yang dianggap cukup
representatif oleh sebagian besar para ahli psikologi dalam mendefinisikan kreativitas.
Kriteria yang dimaksudkan adalah sifat kebaruan (novelty) dan kegunaan (utility).
Kreativitas sebagai
proses (process) yaitu bersibuk diri secara kreatif yang menunjukan
kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berfikir. Para ahli yang merumuskan
definisi kreativitas berdasarkan proses, yaitu Spearman (1930) dan Torrance
(1974). Spearman (Munandar, 1977) berpendapat bahwa berfikir kreatif pada
dasarnya merupakan proses melihat atau menciptakan hubungan antara proses sadar
dan dibawah sadar.
Kreativitas sebagai
press, menurut bahasa MacKinnon (Roslnaksky, 1970) The creative situation,
yaitu kondisi dari dalam atau luar, lebih konkritnya situasi kehidupan atau
lingkungan sosial, kultural, dan kerja yang memberikan kemudahan dan mendorong penampilan
fikiran dan tindakan kreatif.
Akhirnya secara
komprehensif kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berfikir, bersikap,
dan bertindak tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa (unusual)
guna memecahkan berbagai persoalan, sehingga dapat menghasilkan penyelesaian
yang orisinal dan bermanfaat.
B.
Teori
Teori yang melandasi pengembangan
kreativitas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.
Teori Psikoanalisis
Pribadi
kretif dipandang sebagai seorang yang pernah mengalami traumatis, yang dihadapi
dengan memunculkan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak disadari bercampur
menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Teori ini terdiri dari:
a.
Teori Freud
Freud
menjelaskan proses kretif dari mekanisme pertahanan (defence mechanism). Freud
percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan
kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama kreativitas karena kebutuhan seksual tidak dapat
dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan merupakan awal imajinasi.
b.
Teori Ernst
Kris
Erns Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi
seiring memunculkan tindakan kreatif. Orang yang kreatif menurut teori ini
adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak
sadar. Seorang yang kreatif tidak mengalami hambatan untuk bias “seperti anak”
dalam pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan “sikap bermain”
mengenai masala-masalah serius dalam kehidupannya. Dengan demikian mereka mampu
malihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya ego (Regression in The
Survive of The Ego).
c.
Teori Carl Jung
Carl Jung (1875-1967) percaya bahwa alam ketidaksadaran (ketidaksadaran
kolektif) memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan kreativitas
tingkat tinggi. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbil penemuan, teori, seni
dan karya-karya baru lainnya.
2.
Teori Humanistik
Teori Humanistik melihat kreativitas
sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Teori
Humanistik meliputi:
a.
Teori Maslow
Abraham
Maslow (1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi
nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah:
·
Kebutuhan
fisik/biologis
·
Kebutuhan
akan rasa aman
·
Kebutuhan
akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta
·
Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri
·
Kebutuhan
aktualisasi / perwujudan diri
·
Kebutuhan
estetik
Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat
Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi diri dan estetik atau
transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses perwujudan diri erat
kaitannya dengan kreativitas. Bila bebas dari neurosis, orang yang
mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka
mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of insight)
b. Teori Rogers
Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif,
yaitu:
1.
Keterbukaan
terhadap pengalaman
2.
Kemampuan
untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
3. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Apabila seseorang memiliki ketiga cirri ini maka kesehatan psikologis
sangat baik. Orang tersebut diatas akan berfungsi sepenuhnya menghasilkan
karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga cirri atau kondisi
tersebut uga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk kreasi.
3.
Teori Cziksentmihalyi
Ciri pertama
yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis (genetic
predispotition). Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap warna
lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
a. Minat pada usia dini pada ranah tertentu
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah
tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
b.
Akses terhadap suatu bidang
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang
diminati sangat membantu pengembangan bakat.
c.
Access to a field
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat + tokoh-tokoh
penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan
kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam b idang yang diminati sangat
penting untuk mendapatkan pengakuan + penghargaan dari orang-orang
penting.
Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk
menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang
perlu untuk mencapau tujuannya.
C.
Konsep Dasar Kreatifitas berdasar Strategi 4p
Strategi 4P yaitu
Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli dapat membantu
mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar. Pada dasarnya
setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa
mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua
dalam mengembangkan kreatifitas tersebut. Melalui strategi 4P ini diharapkan
dapat membantu orang tua dalam mengembangkan kreativitas anaknya.
Pribadi
Hal pertama yang harus orang tua ketahui dalam upaya mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan memahami pribadi mereka, diantaranya dengan :
Hal pertama yang harus orang tua ketahui dalam upaya mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan memahami pribadi mereka, diantaranya dengan :
· Memahami bahwa setiap anak memiliki pribadi berbeda, baik dari bakat,
minat, maupun keinginan.
· Menghargai keunikan kreativitas yang dimiliki anak, dan bukan mengharapkan
hal-hal yang sama antara satu anak dengan anak lainnya, karena setiap anak
adalah pribadi yang “unik”, dan kreatifitas juga merupakan sesuatu yang unik.
· Jangan membanding-bandingkan anak karena tiap anak memiliki minat, bakat,
kelebihan serta ketebatasannya masing-masing. Pahamilah kekurangan anak dan
kembangkanlah bakat dan kelebihan yang dimilikinya.
Pendorong
Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan :
Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan :
· Berilah fasilitas dan sarana bagi mereka untuk berkreasi, misalnya melalui
mainan-mainan yang bisa merangsang daya kreativitas anak misalnya balok-balok
susun, lego, mainan alat dapur dan sebagainya. Hindari memberikan mainan yang
tinggal pencet tombol atau mainan langsung jadi.
· Ciptakan lingkungan keluarga yang mendukung kreatifitas anak dengan
memberikan susana aman dan nyaman.
· Hindari membatasai ruang gerak anak didalam rumah karena takut ada
barang-barang yang pecah atau rusak, karena cara ini justru bisa memasung
kreativitas mereka, alangkah lebih baik jika anda mau mengalah dengan menyimpan
dahulu barang-barang yang mudah pecah ketempat yang aman, atau anda bisa
meyediakan tempat khusus bermain anak, dimana anak bebas berkreasi.
· Disiplin tetap diperlukan agar ide-ide kreatif mereka bisa terwujud.
Proses
Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok, merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:
Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok, merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:
· Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan, karena secara intuisif anak
akan tahu mana pujian yang tulus dan yang mana yang hanya akan basa-basi.
· Hindari memberi komentar negatif saat anak berkreasi, apalagi disertai
dengan perintah ini itu terhadap karya yang sedang dibuatnya, karena hal ini
justru dapat menyurutkan semangatnya berkreasi.
· Peliharalah harga diri anak dengan mengungkapkan terlebih dahulu komentar
anda secara positif, misalnya “bunda senang adek bisa membuat menara seperti
itu, lain kali adek buat yang lebih tinggi dan tidak mudah ambruk ya.” Dengan
demikian anak akan merasa dirinya mampu dan dihargai lingkungannya
Produk
Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa dilakukan:
Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa dilakukan:
· Hargailah hasil kreatifitas mereka meski hasilnya agak kurang memuaskan.
D.
Tahap
Perkembangan Kreatifitas
Menurut Cropley (1999), terdapat 3 tahapan perkembangan
kreativitas diantaranya:
a. Tahap
prekonvensional (Preconventional phase)
Tahap ini terjadi pada usia
6–8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam
menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan
menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan
aturan dan batasan dari luar.
b.
Tahap
konvensional (Conventional phase)
Tahap ini berlangsung pada
usia 9–12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh
aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selain itu,
pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.
c.
Tahap
poskonvensional (Postconventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun
hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mampu menghasilkan karya-karya
baru yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai
konvensional yang ada di lingkungan.
Menurut Jean Piaget ada empat tahap
perkembangan kognitif, yaitu sebagai berikut:
1.
Tahap Sensori-Motoris
Tahap
ini dialami pada usia 0-2 tahun. Menurut Piaget (Bybee dan Sund, 1982), pada
tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya, terutama
dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya. Dalam melakukan interaksi dengan
lingkungannya, termasuk juga dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya
untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan
secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan tindakannya.
Mengenai
kreativitasnya, menurut Piaget, pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk
mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan anak masih berupa
tindakan fisik yang bersifat refleksi, pandangannya terhadap objek masih belum
permanent, belum memiliki konsep ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang
sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan refleks-refleks,
belum memiliki tentang diri ruang, dan belu memiliki kemampuan berbahasa.
Piaget
juga mengatakan bahwa kemampuan yang paling tinggi pada tahap ini terjadi pada
umur 18-24 bulan, yaitu sudah mulai terjadi transisi dari representasi tertutup
menuju representasi terbuka. Pada umur ini, anak sudah mulai dapat
mereproduksikan sesuatu yang ada dalam memori dan dapat menggunakan
simbol-simbol untuk merujuk kepada objek-objek yang tidak ada.
2.
Tahap Praoperasional
Tahap
ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab
perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh
suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh
pemikiran tetapi oleh unsure perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang
diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.
Pada
tahap ini, menurut Jean Piaget ( Bybee dan Sund, 1982 ), anak sangat bersifat
egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dalam
lingkungannya, termasuk dengan orang tuannya. Pada akhir tahap ini, menurut
Jean Piaget ( Bybee dan Sund, 1982 ), kemampuan mengembangkan kreativitas sudah
mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki
kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam
jangka pendek. Di samping itu, anak memiliki kemampuan untuk menjelaskan
peristiwa-peristiwa alam di lingkunganya secara animistik dan antropomorfik.
Penjelasan animistic adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan
menggunakan perumpamaan hewan. Adapun penjelasan antropomorfik adalah
menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan manusia.
3.
Tahap Operasional Konkret
Tahap
ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan
diri dengan relitas konkret dan berkembang rasa ingin tahunya. Menurut Jean
Piaget ( Bybee dan Sund, 1982 ), interaksinya dengan lingkungan, termasuk
dengan orang tua, sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya
sudah semakin berkurang.
Menurut
Jean Piaget kreativitasnya juga sudah semakin berkembang. Faktor-faktor memungkinkan
semakin berkembangnya kreativitas itu adalah sebagai berikut.
a. Anak
sudah mulai mampu menampilkan operasi-operasi mental.
b. Anak
mulai mampu berpikir logis dalam bentuk sederhana.
c. Anak
mulai berkembang kemampuannya untuk memelihara identitas diri.
d. Konsep
tentang ruang sudah semakin meluas.
e. Anak
sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan
datang.
f. Anak
sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan
bantuan ojek-objek konkret.
4. Tahap
Operasional Formal
Tahap
ini dialami oleh anak pada usai 11 tahun ke atas. Pada tahap ini, menurut Jean
Piaget, interaksinya dengan lingkungan sudah amat luas menjangkau banyak teman
sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa.
Pada tahap ini ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin
dilindungi.
Dilihat
dari perspektif ini, perkembangan kreativitas remaja pada posisi seiring dengan
tahapan operasional formal. Artinya, perkembangan kreativitasnya, menurut Jean
Piaget, sedang berada pada tahap yang amat potensial bagi perkembangan
kreativitas.
Sedangkan
menurut Hurlock perkembangan kreativitas individu mengikuti suatu pola yang
dapat diramalkan. Terdapat variasi-variasi di dalam pola perkembangannya.
Variasi-variasi perkembangan yang terjadi, dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain jenis kelamin, status sosio-ekomoni, posisi urutan kelahiran,
ukuran besar anggota keluarga, lingkungan, dan intelegensi.
Pertama,
anak laki-laki memiliki perkembangan kreativitas yang lebih tinggi dibandingkan
pada anak perempuan, terutama pada tahap perkembangan. Hal ini karena anak
laki-laki oleh masyarakat tertentu diberikan kesempatan lebih untuk hidup
mandiri, mendapatkan kesempatan untuk menghadapi resiko, mendapatkan kesempatan
dari orang tua dan guru untuk berinisiatif dan menampilkan keasliannya.
Kedua,
anak-anak yang berasal dari latar belakang sosio-ekonomi yang lebih tinggi
cenderung memiliki kreatifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang
belatar belakang rendah. Hal ini disinyalir, karena pada anak dengan latar
belakang ekonomi tinggi, orang tua akan memberikan perlakuan yang lebih
demokratis kepada anaknya, sedangkan untuk anak yang dari latar belakang
ekonomi rendah anak lebih diperlakukan secara otoriter. Perlakuan orang tua
yang demokratis akan dapat mendukung perkembangan kreatifitas anak dengan
memberikan kesempatan lebih banyak kepada anak untuk mengekspresikan
individualitasnya dan mengerjar minat serta aktivitas menurut pilihannya
sendiri. Selain itu, anak dari latar belakang yang mampu, memiliki kesempatan
yang lebih banyak untuk dapat mengakses pengetahuan dan pengalaman yang
diperlukan untuk mengembangkan kreativitasnya, seperti berlibur ke tempat
wisata, tempat-tempat penting, pusta-pusat informasi yang mendorong anak untuk
berimajinasi dan berfikir serta bertindak secara kreatif.
Ketiga,
urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreatifitas yang berbeda. Tingkat
kreatifitas pada anak sulung, tengah dan bungsu berbeda. Hal ini diduga karena
faktor kedudukan yang penting daripada keturunan. Anak sulung misalnya,
biasanya dia cenderung mendapat tekanan yang lebih besar untuk mewujudkan
harapan dari orang tua dibandingkan dengan anak yang berikutnya. Sehingga
mereka cenderung menjadi konformis daripada pencetus ide.
Keempat,
anak-anak yang berasal dari keluarga kecil, cenderung memiliki kreatifitas yang
lebih tinggi, dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang besar.
Hal ini desebabkan karena pola asuh dari orang tua. Bagi orang tua yang
mamiliki keluarga dengan jumlah anak yang banyak, mereka akan cenderung lebih
otoriter untuk menegndalikan anak-anaknya yang banyak. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, bahwa pola asuh otoriter dapat menghambat pertumbuhan kreatifitas
anak. Sebaliknya bagi keluarga kecil, anak memiliki ruang yang lebih luas untuk
mengembangkan kreatifitasnya karena pola asuh orang tua yang cenderung
demokratis.
Kelima,
untuk anak-anak yang berasal dari kota, cenderung memiliki kreatifitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan anak pedesaan. Karena di daerah perkotaan
terdapat lebih banyak tempat-tempat, objek-objek, benda-benda, dan
tantangan-tantangan untuk mengembangkan kreatifitas anak. Stimulan-stimulan ini
mendorong dan mendukung peningkatan kreatifitas anak.
E.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kreativitas
Seseorang
di katakan kreatif tentu ada indikator-indikator yang menyebabkan seseorang
tersebut di sebut kreatif. Faktor-faktor yang mendorog kreatifitas setiap orang
memiliki potensi kreatif dalam derajat yang berbeda-beda. Potensi-potensi ini
perlu di pupuk sejak dini agar dapat di wujudkan. Untuk itu perlu
kekuatan-kekuatan pendorong, baik dari luar (lingkungan) maupun dari diri
individu itu sendiri.
Adapun
faktor lingkungan yang menunjang kreatifitas yaitu:
·
Faktor keluarga
Lingkungan keluarga
yang harmonis dan demokratis akan mendorong
anak untuk berekspresi dengan bebas tanpa adanya hambatan, sehingga
kreatifitas anak dapat tersalurkan dengan maksimal.
·
Faktor lingkungan sekolah
Sekolah merupakan
lingkungan kedua setelah keluarga. Suasana, kondisi lingkungan sekolah sangat
berpengaruh terhadap berkembangnya kreatifitas anak.
·
Faktor lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat
bersifat heterogen dan kultur yang berbeda, lingkungan masyarakat yang tidak
kondusif menyebabkan anak tidak berkembang kreatifitasnya.
Sedangkan
faktor individu yang mempengaruhi yaitu:
·
Kemampuan intelektual
Adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang sifatnya rumit dan abstrak
yang di tunjukkan oleh prestasi akademiknya. Setiap siswa memiliki tingkat
intelektual yang berbeda-beda.
·
Komitmen
Yaitu
kekuatan dan hasrat yang kuat di dalam memcapai keunggulan dan memiliki
penguasaan yang memadai terhadap bidang yang di tekuninya.
·
Penguasaan
Karya-karya
kreatif yang di tampilkan tidak terlepas dari apa yang telah di lakukan
sebelumnya dalam bidang yang di tekuninya, jadi periode produktif dapat di
capai berkat keterlibatan individu secara intensif dengan kegiatan-kegiatan
kreatif jauh sejak masa kanak-kanak, yang di dukung oleh lingkungannya.
·
Intuisi
Intuisi
merupakan perwujudan kesadaran tingkat tinggi. Tetapi intuisi tidak datang
tanpa sebab, intuisi di dahului oleh proses berfikir, dan didasari oleh
penguasaan yang cukup terhadap bidang yang di tekuni oleh individu.
Selain itu ada beberapa faktor lain yang
mempengaruhi kreatifitas yaitu:
·
Jenis kelamin
Jenis
kelamin berpengaruh terhadap kreatifitas. Anak laki-laki cenderung lebih besar
kreatifitasnya di bandingkan anak perempuan terutama setelah masa kanak-kanak.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan antara anak laki-laki
dengan perempuan. Anank laki-laki di tuntut untuk lebih mandiri, sehingga anak
laki-laki lebih berani dalam mengambil resiko dari pada anak perempuan.
·
Urutan kelahiran
Anak
sulung, anak tengah, dan anak bungsu akan berbeda-beda tingkat kreatifitasnya.
Anak yang lahir di tengah, belakang, dan anak tungggal akan lebih kreatif dari
pada anak yang lahir pertama. Hal ini terjadi karena biasanya anak sulung lebih
di tuntut untuk menyesuaikan diri oleh orang tuanya, sehingga cenderung lebih
penurut dan kreatifitasnya mati.
·
Intelegensi
Anak
yang tingkat intelegensinya tinggi dalam setiap tahapan perkembangan, cenderung
menunjukan tingkat kreatifitas yang tinggi dibandingkan anak yang
intelegensinya rendah. Anak yang pandai lebih banyak mempunyai gagasan baru
untuk menyelesaikan konflik sosial, dan mampu merumuskan pemecahan konflik
tersebut.
Faktor-faktor yang menghambat dalam
kreatifitas antara lain yaitu:
·
Evaluasi, menekankan suatu syarat untuk
memupuk kreatifitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi,
atau paling tidak menunda evaluasi ketika anak sedang asyik berkreasi.
·
Hadiah, pemberian hadiah dapat merubah
motivasi intrinsik dan mematikan kreatifitas.
·
Persaingan atau kompetisi, persaingan
terjadi apabila siswa merasa pekerjaanya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa
lain, dan bahwa yang terbaik akan di beri hadiah. Maka ini dapat mematikan
tingkat kreatifitas anak.
·
Lingkungan yang membatasi.
BAB III
PENUTUP
Seperti yang
kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki minat
yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja
kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih
berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada
umumnya. Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi,
dapat melihat masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk
bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://soccialeducation.blogspot.com/2012/04/teori-dan-pengembangan-kreativitas-anak.html
RSS Feed
Twitter
2:56 AM
Unknown
Posted in
0 comments:
Post a Comment