BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pada dasarnya masa dewasa awal adalah masa
peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian
identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi
sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.
Dimasa
inilah berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa
awal.Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik
dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang
masa depan sudah lebih realistis.beberapa orang di masyarakat tidak sedikit
yang dapat mengalami dan menghadapi masalah-masalah besar disaat dewasa, karena
faktor ketidaksiapan mental,dan motorik untuk menghadapi masalah-maalah yang
ada sehingga tidak sedikit orang-orang mengalami frustasi dan kemudian tidak
bisa menjalankan tugas-tugas yang seharusnya di lakukan oleh orang dewasa.
Disisi lain
banyak orang yang belum mengerti tentang perkembagan masa dewasa pada
dasarnya.apa saja pengaruh-pengaruh didalamnya dan apa saja yang harus dilakukan
orang apabila menghadapi masa dewasa. Dengan demikian hal semacam itu tidak
terjadi pada generasi selanjutnya perlu adanya media yang dapat memberikan
pandangan tentang ilmu-ilmu yang diperlukan oleh orang dewasa dalam kiprahnya
dimasyarakat.karena masa dewasa adalah masa dimana awal kita menghadapi
berbagai masalah yang belum pernah kita temuai sebelumnya.
Oleh karena
itu, pada kesempatan kali ini makalah yang dibuat ini akan membahas tentang
perkembangan belajar masa dewasa. Agar kita dapat lebih memahami tentang perkembangan masa dewasa.
2.
Rumusan Masalah
1.
Apa
sajakah ciri-ciri pada masa dewasa ?
2. Bagaimana bisa terjadi Perkembangan fisik masa
dewasa dini ?
3.
Jelaskan
aspek-aspek perkembangan fisik ?
4.
Sebutkan
tugas-tugas perkembangan dewasa muda ?
5.
Apa saja perkembangan
yang terjadi saat dewasa madya ?
6.
Mengapa perkembangan
kognitif pada dewasa akhir sangat rentang bagi kehidupannya ?
3.
Tujuan Pembahasan
Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Belajar terkait
pembahasan perkembangan belajar masa dewasa. Selain itu memberi pemahaman
kepada mahasiswa sebagai calon guru BK atau konselor dalam pembelajaran untuk
memahami setiap perkembangan individu. Dan juga memberi pemahaman yang lebih
terhadap pembaca.
4.
Manfaat penulisan
¨
Bagi
penulis
-
Dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Belajar.
-
Dapat
lebih memahami perkembangan masa dewasa.
-
Bisa
memberikan pandangan yang luas terhadap pembaca tentang perkembangan masa
dewasa.
¨
Bagi
pembaca
-
Dapat
mengetahui lebih mendalam tentang perkembangan masa dewasa.
-
Mengerti
akan tugas-tugas perkembangan masa dewasa.
-
Materi
yang didapat dapat digunakan dalam penerapan kehidupannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Dewasa
Istilah
dewasa berasal dari kata kerja Latin, seperti juga istilah adolescene – adolescere
– yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan.” Akan tetapi, kata adult
berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adults
yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna”
atau “telah menjadi dewasa.” Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang
telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama dengan orang dewasa lainnya.
Masa
dewasa biasanya dibagi berdasarkan periode yang menunjuk pada perubahan
–perubahan tersebut, bersama dengan masalah–masalah penyesuaian diridan tekanan
– tekanan berdaya serta harapan-harapan yang timbul akibat perubahan tersebut.
Masa dewasa ini dibagi menjadi tiga, yaitu : (1) Masa Dewasa Dini, (2) Masa
Dewasa Madya, (3) Masa Dewasa Lanjut.
1.1
Masa Dewasa Dini
Masa
dewasa dini dimulaipada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
Ciri-ciri masa dewasa ini adalah :
a)
Masa
Dewasa Dini sebagai “Masa pengaturan”
Telah dikatakan bahwa masa anak-anak dan masa remaja merupakan
“pertumbuhan” dan masa dewasa merupakan masa “pengaturan” (settle down). Pada generasi terdahulu berada pandangan bahwa jika
anak laki-laki dan wanita mencapai usia dewasa secara syah, hai-hari kebebasan mereka
telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggungjawab sebagai
oarang dewasa. Pria mulai bertanggungjawab mencari pekerjaan dan wanita bertanggungjawab
menjadi ibu rumah tangga.
Sekarang, diakui penjajakan yang terlalu singkat sering
mengakibatkan terbentuknya bibit-bibit ketidak puasan karena terlalu cepat
memilih pekrjaan atau teman hidup. Jika seseorang telah menemukan pola hidup
yang diyakininya dapat memenuhi kebutuhanya, ia akan mengembangkan pola-pola
perilaku sikap dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama
sisa hidupnya.
Tidak disangsikan lagi, berbagai ketidak puasan dan ketidak
bahagiaan yang didapatiseorang pada usia ini karena seseorang mengambil
keputusan berumah tangga atau bekerja tergesa-gesa sebelum menemukan suatu pola
hidup yang memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk kepuasan sepanjang hidup.
b)
Masa
Dewasa Dini sebagai “Usia Reproduktif”
Orang tua (parenthood)
merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Orang
yang kawin berperan sebagai orang tua pada waktu saat ia berusia duapuluhan
atau pada awal tigapuluhan, beberapa sudah menjadi kakek atau nenek sebelum
masa ini berakhir.
Orang yang belum menikah hingga menyelesaikan pendidikan atau telah
memulai kehidupan kariernya, tidak akan menjadi orangtua sebelum ia merasa
bahwa ia mampu berkeluarga. Dengan demikian, dasa warsa dari masa dewasa dini
merupakan “usia produktif”.
c)
Masa
Dewasa Dini sebagai “Masa Bermasalah”
Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus
dihadapi seseorang. Masalah-masalah baru ini berbeda dari masalah-masalah yang
sudah dialami sebelumnya. Masalah-masalah yang sering terjadi berhubungan
dengan penyesuaian diri dalam bebagai aspek kehidupan orang dewasa
Ada tiga alasan mengapa penyesuain diri menjadi masalah. Pertama,
sedikit sekali orang muda yang mempunyai persiapan untuk menghadapi jenis-jenis
masalah yang perlu diatasi sebagai orang dewasa. Kedua, mencoba menguasai dua
atau lebih keterampilan serempak biasanya menyebabkan kedua-duanya kurang
berhasil. Ketiga, mungkin yang paling berat dari semuanya, orang-orang muda itu
tidak memperoleh bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-maslah mereka,
tidak seperti waktu mereka dianggap belum deasa.
d)
Masa
Dewasa Dini sebagai Masa Ketegangan Emosional
Sekitar awal atau pertengahan umur tigapuluhan, kebanyakan orang
muda telah mampu memecahkan masalah-masalah mereka dengan cukup baiksehingga
menjadi stabil dan tenang secara emosional. Apabila emosi yang menggelora yang
merupakan ciri tahun-tahun awal kedewasaan masih tetap kuat pada usia
tigapuluhan, maka hal ini merupakan tanda bahwa penyesuaian diri belum
terlaksana secara memuaskan.
Apabila ketegangan emosi masih berlanjut maka akan berdampak pada
keresahan. Keresahan yang terjadi di sesuaikan dengan masalah apa yang terjadi
dan bagaimana orang itu menyelesaikanya.
e)
Masa
Dewasa Dini sebagai Masa Keterasingan Sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke
dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga,
hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya masa remaja menjadi renggang, dan
berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan
semakin berkurang.
Banyak orang muda semenjak masa kanak-kanak dan remaja terbiasa
tergantung pada persahabatan dalam kelompok mereka merasa kesepian sewaktu
tugas-tugas mereka dalam rumah tangga ataupun dalam pekerjaan, memisahkan mereka
dalam kelompok mereka. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat
bersaing dan hasrat kuat untuk maju dalam karir. Dengan demikian keramahtamahan
dalam masa remaja diganti persaingan
dalam masyarakat dewasa dan mereka untuk pekerjaan mereka, sehingga
mereka tidak ada waktu untuk bersosialisasi.
f)
Masa
Dewasa Dini sebagai Masa Komitmen
Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan
tanggungjawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orangtua
menjadi orang deasa mandiri,maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul
tanggungjawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru.meskipun pola-pola hidup,
tanggungjawab dan komitmen-komitmen baru ini mungkin akan berubah juga,
pola-pola ini menjadi landasan yang akan membentuk pola hidup, tanggungjawab
dan komitmen-komitmen di kemudian hari.
g)
Masa
Dewasa Dini sering merupakan Masa Ketergantungan
Banyak orang muda yang masik agak tergantungan atau bahkan sangat
tergantung pada orang-orang lain selama jangka waktu yang berbeda. Ketergantungan
ini mungkin pada orang tua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa
sebagian atau penuh atau pada pemerintahan karena mereka memperoleh pinjaman
untuk membiayai pendidikan mereka. Akibat dari hal ini, keadaan keterganrungan
mereka sering berkepanjangan sampai akhir usia duapuluhan atau awal usia
tigapuluhan.
h)
Masa
Dewasa Dini Sebagai Masa Perubahan Nilai
Banyak nilai masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman
dan hubungan sosial yang lebih lua dengan orang-orang yang berbeda usia dan
karena nilai-nilai itu kini dilihat dari kaca mata orang dewasa. Ada beberapa
alasan yang menyebabkan perubahan nilai pada masa dewasa dini. Pertama, jika
orang muda dewasa ingin diterima oleh anggota-anggota kelompok orang dewasa,
mereka harus menerima nilai-nilai kelompok itu. Kedua, orang-orang muda itu
segera menyadari bahwa kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai
konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku sepaerti halnya
penampilan. Ketiga, orang-orang muda yang menjadi bapak-ibu tidak hanya
cendurung mengubah nilai-nilai mereka tetapi mereka juga bergeser kepada nilai
yang lebih konservatif dan lebih tradisonal.
i) Masa Dewasa dini Sebagai masa Penyesuaian Diri dengan cara Hidup
Baru
Masa dewasa adalah masa yang banyak mengalami perubahan. Berbagai
penyesuain diri yang harus dilakukan orang muda terhadap gaya hidup baru, yang
paling umum adalah penyesuaian diri pada pola peran seks atas dasar persamaan
derajat yang menggantikan pembedaan pola peran seks tradisonal, serta pola-pola
baru bagi kehidupan keluarga. Penyesuain diri pada suatu gaya hidup baru memang
sulit untuk kaum muda zaman sekarang.
i. Perkembangan fisik masa dewasa dini
1. Dewasa Muda sebagai
Masa Transisi
a. Transisi Fisik
Dari pertumbuhan fisik,
menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan
dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak
lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai
seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi
diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya
seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga
siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja,
menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk
dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah
dapat di-kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi
pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya
denda, dikenakan hukum pidana atau perdata). Masa ini ditandai pula dengan
adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara,
menstruasi, dan kemampuan reproduksi.
b. Transisi Intelektual
Menurut anggapan Piaget
(dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999; Papalia, Olds, & Feldman,
1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong masa operational formal, bahkan
kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner & Helms,
1995). Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu memecahkan masalah yang
kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi
intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke
perguruan tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah lulus tingkat
universitas, mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam
pekerjaannya. Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di
antara mereka yang bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan
kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan masalah-masalah yang makin
kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.
c. Transisi Peran
Sosial
Pada masa ini, mereka
akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya (dating), untuk segera
menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang baik,
yakni ter-pisah dari kedua orang tuanya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang
baru inilah, masing-masing pihak baik laki-laki maupun wanita dewasa, memiliki
peran ganda, yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga pekerjaan ataupun
sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknyal Seorang laki-laki sebagai kepala rumah
tangga, sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa me-,
ninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja Namun demikian, l tak sedikit
seorang wanita mau meninggalkan kariernya untuk
menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai ibu rumah tangga (domestic
tasks), agar dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai
anggota masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial,
misalnya dalam kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus
RT/RW.
2. Aspek-aspek Perkembangan
Fisik
Aspek-aspek
perkembangan fisik meliputi:
a) Kekuatan dan Energi
Selepas dari bangku
pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh potensinya
untuk mengembang-kan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali
menyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka
sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari
orang tua. Selain itu, mereka yang menikah dan rnemikirkan kehidupan ekonomi
keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa,
seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.
b) Ketekunan
Ketika menemukan posisi
kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang pendidikannya, mereka
umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerja-annya dengan baik.
Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier
pekerjaan. Karier yang cemerlang akan mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga
yang baik pula, sebaliknya bila karier yang suram (gagal), kehidupan ekonomi
seseorang pun suram. Namun, tak sedikit seorang individu yang belum cocok
dengan pekerjaan dan penghasilan yang diperoleh, tak segan-segan mereka segera
pindah dan mencari pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini biasanya
dilakukan mereka yang masih membujang atau belum menikah. Kalau mereka telah
menikah, umumnya akan menekuni bidang kariernya walaupun hasil gajinya masih
pas-pasan, dengan alasan sulitya mencari jenis pekerjaan yang baru dan takut
dibayangi kegagalan.
c) Motivasi
Maksud dari motivasi di
sini ialah dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih
keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain, motivasi yang dimaksudkan
ialah motivasi internal. Orang yang merniliki motivasi Internal, biasanya
ditandai dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan eksternal,
arSnya seseorang akan bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai suatu
tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupuri memperoleh hambatan atau
rintangan dari lingkungan eksternal.
ii.
Perkembangan Kognitif
Masa Dewasa Dini
Masa perkembangan
dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan
mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti
pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih
tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka berlomba dan
bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya
yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti
sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup
di mata orang lain.
Ketika memasuki masa
dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk
menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu
akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya
inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas
mentalnya.
iii.
Perkembangan Psikososial Masa Dewasa Dini
Tugas-tugas
Perkembangan Dewasa Muda
Sebagian besar golongan
dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan
kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Kehidupan
psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena
selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga
baru, memelihara anak-anak.
Selain itu, dewasa muda
mulai membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina
sejak masa remaja/masa sebelumnya. Havighurst (Turner dan Helms, 1995)mengemukakan
tugas-tugas perkembangan dewasa muda, di antaranya :
(a) mencari dan menemukan calon pasangan hidup
(b)
membina kehidupan rumah tangga
(c) meniti karier dalam rangka rnemantapkan
kehidupan ekonomi rumah tangga
1.2
Masa Dewasa Madya
Dengan tidak bermaksud membatasi rentang usia secara kaku, dapat dikatakan bahwa secara
teoritis-psikologis dan fisiologis rentang usia antara 40 - 60 tahun merupakan masa tengah baya bagi banyak orang. (Mappiare
1983 : 173
1.2.1 Perkembangan Fisik
Pada
masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi
seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai
"aus". Melihat dan mendengar merupakan dua perubahan yang paling
menyusahkan paling banyak tampak dalam dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk
memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan
tajam antara usia 40 dan 59 tahun. Karena pada usia tersebut aliran darah pada
mata juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu
mulai memasuki usia 40. Meskipun kemampuan untuk mendengar suara-suara bernada
rendah tidak begitu kelihatan. Laki-laki biasanya kehilangan sensitifitasnya
terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada perempuan. Hal ini mungkin
disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-laki terhadap suaru gaduh dalam
pekerjaan.
1.2.2
Perkembangan
kognitif
· Pada tahap Formal Operasional
Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik
akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda).
Semua hal yang berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan
penghalusan dari pola pemikiran ini.
Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak
dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi.
Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki
masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat
melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah
tersebut.
Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada
dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di
lingkungan hidupnya.
Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya
terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian
berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa
lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian
mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi,
kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
1.2.3
Perkembangan
emosi
Menurut
Erikson, pada masa ini individu dihadapkan atas dua hal generativity vs
stagnasi Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap
guna membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang
berguna melalui generativitas / bangkit. Sebaliknya, stagnasi / mandeg
=> ketika individu tidak melakukan apa-apa untuk generasi berikutnya.
Memberikan asuhan, bimbingan pada anak-anak, individu generatif adalah seseorang
yang mempelajari keahlian, mengembangkan warisan diri yang positif
dan membimbing orang yang lebih muda.
Tugas
kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara generativity dan
stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan
luas daripada intimacy karena rasa kasih ini telah
men"generalize" ke kelompok lain, terutama generasi selanjutnya. Bila
dengan intimacy kita terlibat dalam hubungan di mana kita mengharapkan suatu
timbal balik dari partner kita, maka dengan generativity kita tidak
mengharapkan balasan. Misalnya saja, sebagian sangat besar dari para orang tua
tidak keberatan untuk menderita atau meninggal demi keturunannya, walau
perkecualian pasti ada. Begitu pula dengan orang-orang yang melakukan pekerjaan
sukarela di Salvation Army, Word Vision, Palang Merah, Green Peace dan NGO
(Non-Governmental Organization) bisa dikatakan termasuk mereka yang memiliki
Generativity ini.
Banyak
psikolog melakukan riset mengapa orang melakukan karya altruistik (berderma
atau menolong sesama) yang seringkali tidak menghasilkan apapun bagi mereka
kecuali kerugian materi, waktu dan tenaga. Sampai kini para psikolog ini belum
menemukan jawaban yang pasti dan diterima semua orang. Kalau Erikson benar,
maka kita melakukan hal yang altruistik bukan karena kita menginginkan balasan
tapi karena pertumbuhan psikologis kita menimbulkan kasih pada sesama. Kita
mungkin melakukan hal-hal yang altruistik karena kita mengharapkan dunia yang
lebih baik di masa depan yang akan menjadi masa depan anak-anak kita.
Stagnasi
adalah lawan dari generativity yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri
kita, tidak ada rasa peduli pada orang lain. Orang- orang yang mengalami
stagnasi tidak lagi produktif untuk masyarakat karena mereka tidak bisa melihat
hal lain selain apakah hal itu menguntungkan diri mereka seketika. Kita tahu
banyak contoh orang yang setelah berusia setengah baya mulai menanyakan ke mana
impian mereka yang lalu, apa yang telah mereka lakukan dan apakah hidupmereka
ada artinya. Beberapa orang yang merasa gagal dan tidak lagi punya harapan
untuk mencapai impian mereka, pada saat-saat ini berusaha untuk merengkuh
masa-masa yang bagi mereka terlewat sia-sia.
Kita
tentu pernah mendengar mereka yang meninggalkan istri dan anak-anaknya yang
kebingungan dan kekurangan, mencari istri baru dan keluarga baru untuk
membangun hidup baru. Inilah mereka yang tidak berhasil melihat peranan mereka
dengan lebih luas, melainkan hanya melihat apakah hidup ini bermanfaat
bagi mereka pribadi. Apakah yang diperoleh mereka yang berhasil menjalani fase
ini dengan sukses? Kapasitas yang luas untuk peduli. Apabila kapasitas untuk
peduli dengan partner di panggil Love oleh Erikson, maka untuk hubungan yang
lebih luas disebutnya Caring. Salah seorang psikolog yang mengkhususkan diri
dalam konsultasi dalam bidang spiritual segera pergi ke Afrika setelah membaca
tentang Aids, dan mengorbankan penghasilannya yang luar biasa. Dia adalah
contoh langsung bagi saya tentang orang-orang dengan kapasitas Caring ini.
Begitu
pula para sukarelawan yang setelah membaca tentang Alzeimer atau Ambon segera
mencari tahu apa yang mereka dapat lakukan, bukan karena ada keluarga yang
terkena tetapi karena ada orang yg menderita. Kabar baiknya adalah bahwa makin
banyak anak-anak muda yang melakukan hal ini, dan kebanyakandari negara yang
sudah maju.
1.2.4
Perkembangan
sosial
Ciri-ciri yang
menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
Ø Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari
seluruh kehidupan manusia.
Ø Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu
periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
Ø Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama
usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti
(stagnasi).
Ø Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar
dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya
terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial
Santrock
(2002) menekankan bahwa perkembangan emosi sosial dan moral yang menjadi titik
perhatian pada masa dewasa madya adalah berkenaan dengan beberapa hal, yaitu:
a)
Pernikahan
dan Cinta
Pada masa dewasa madya, fase kehidupan keluarga mempengaruhi ciri
khas perkembangan emosinya. Pada fase ini berada pada taraf kestabilan
dalam berumah tangga. Stabilitas dicapai karena perjuangn pasangan dalm
memupuk cintanya selama bertahun-tahun dengan dipengaruhi sikap toleransi antar
pasangan.
b)
Sindrom
sarang kosong
Sebuah peristiwa penting dalam keluarga apabila anak-anak yang
beranjak dewasa mulai meninggalkan rumah menuju ke kedewasaan. Sindrom sarang
kosong ini menyatakan bahwa kepuasan pernikahan akan menurun karena anak-anak
mulai meninggalkan orangtuanya. Orangtua yang mengalami ini bilamana selama
masa sebelumnya kepuasan ada pada interaksi bersama anak-anak.
c)
Hubungan
Persaudaraan dan persahabatan
Hubungan dengan saudara semakin meningkat pada usia ini. Pada masa ini
biasanya individu dituntut untuk membimbing masa-masa sebelumnya. Begitupun
dengan persahabatan dengan beberapa teman, pada masa ini mengalami peningkatan.
Berbagai aktivitas sosial maupun olahraga merupakan beberapa hal yang sering
dilakukan bersama.
d)
Pengisian
Waktu Luang
Individu pada masa dewasa madya atau tengah perlu menyiapkan diri
unguk masa pensiun, baik secara keuangan maupun psikologis. Membangun dan
memenuhi aktivitas-aktivitas luang merupakan bagian yang penting untuk
persiapan masa pensiun, sehingga peralihan ke masa usia lanjut tidak begitu
menekan individu yang dapat menyebabkan cemas.
e)
Hubungan
antar generasi
Kedekatan antar generasi terlihat semakin dekatnya anak-anak yang
beranjak dewasa dengan orangtuanya, terutama itu dan anak perempuan.
1.3
Masa Dewasa Lanjut
Masa Dewasa Lanjut / Masa Tua (Old Age 60 – Mati).
Ditandai dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis (pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara berpikir dan interaksi sosial).
Ditandai dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis (pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara berpikir dan interaksi sosial).
Tugas-tugas perkembangan meliputi : Lebih memantapkan
diri dalam pengamalan ajaran-ajaran agama. Mampu menyesuaikan diri dengan :
menurunnya kemampuan fisik dan kesehatan, masa pensiun, berkurangnya penghasilan dan kematian pasangan hidup. Membentuk hubungan
dengan orang seusia dan memantapkan hubungan dengan anggota keluarga.
Faktor-faktor penyebab kegagalan melaksanakan
tugas perkembangan, yaitu :
1.
tidak adanya bimbingan untuk memahami dan
menguasai tugas,
2.
tidak ada motivasi menuju kedewasaan.
3.
kesehatan yang buruk,
4.
cacat tubuh,
5.
tingkat kecerdasan rendah.
Prilaku menyimpang (maladjustment) akibat tidak
mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan (terutama aspek agama) adalah :
berzina, konsumsi miras dan naza, menelantarkan keluarga, sering ke hiburan
malam, biang keladi kerusuhan (preman / provokator), melecehkan norma dalam
masyarakat.
Dari uraian diatas, salah satu tugas perkembangan
masa dewasa adalah pemantapan kesadaran beragama. Terdapat asumsi bahwa semakin
bertambah usia seseorang maka semakin mantap kesadaran beragamanya. Namun
kenyataannya, tidak sedikit orang dewasa dengan perilaku yang bertentangan
dengan nilai agama. Faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan kehidupan
beragama seseorang adalah karena keragaman-keragaman :pendidikan agama semasa
kecil (menerima, tidak menerima), pengalaman
menerapkan nilai-nilai agama (intensif, jarang, tidak pernah), corak
pergaulan dengan teman kerja (taat beragama, melecehkan), sikap
terhadap permasalahan hidup yang dihadapi (sabar, frustasi, depresi)
orientasi hidup (materialistis-hedonis, moralis-agamis).
orientasi hidup (materialistis-hedonis, moralis-agamis).
Perkembangan psikomotorik pada masa dewasa
merupakan puncak dari seluruh perkembangan psikomotorik. Latihan merupakan hal
penentu dalam perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang teratur dan
terprogram, keterampilan psikomotorik akan dapat ditingkatkan dan
dipertahankan. Semua sistem gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan baik.
Perbandingan Perkembangan Fisik dan Psikomotorik antara Pria dan Wanita
1.
Perkembangan pada Pria
a)
Fisik : lahir dengan tubuh relatif panjang,
pertumbuhan tinggi lebih lama saat praremaja dan sangat cepat saat remaja,
proporsi otot lebih besar, berkembang lebih lambat serta lebih sedikit lemak
dalam tubuhnya.
b)
Psikomotorik : cara berjalan lebih kaku, kemampuan
berlari lebih baik, kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu kurang
rapi, serta lebih suka dengan kegiatan fisik yang menantang (olahraga berat,
climbing, dll).
2.
Perkembangan pada Wanita
a.
Fisik : lahir dengan tubuh relatif lebih pendek,
pertumbuhan tinggi lebih cepat saat praremaja dan menurun saat remaja, proporsi
otot lebih kecil, berkembang lebih cepat serta memiliki lebih banyak lemak
dalam tubuhnya.
b.
Psikomotorik : cara berjalan lemah gemulai,
kemampuan berlari rendah, kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu
lebih rapi, serta lebih suka dengan kegiatan fisik yang sederhana (olahraga
ringan, menari, dll).
Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Akhir. Salah satu
pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial dalam studi tentang
perkembangan rentang hidup manusia adalah kemampuan kognitif orang dewasa,
seperti memori, kreativitas, intelegensi, dan kemampuan belajar, paralelel
dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya orang percaya bahwa proses
belajar, memori, dan intelegensi mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus
bertambahnya usia.
Kecepatan dalam memproses informasi mengalami
penurunan pada masa dewasa akhir. Selain itu, orang-orang dewasa lanjut kurang
mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami
penurunan pada masa dewasa akhir, namun factor individual differences juga
berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes
kemampuan mengingat dan memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang
dewasa lanjut melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau sederhana.
Ada 3 komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut, antara lain sebagai berikut :
Ada 3 komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut, antara lain sebagai berikut :
1.3.1 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Akhir
1.
Pendidikan
Fasilitas
pendidikan, semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang
memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada
generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata berkorelasi
positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas pengolahan
informasi (ingatan) (Verhaegen, Marcoen &Goossens, 1993). Dinegara-negara
maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih
tinggi. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain:
·
Ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya
·
Ingin mempelajari perubahan social dan teknologi
yang dirasakan mempengaruhi kehidupannya.
·
Ingin menemukan pengetahuan yang relevan dan
mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang relevan untuk mengantisipasi
permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan pekerjaan, agar tetap dapat
berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan generasi sesudahnya.
·
Ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat,
serta sebagai bekal untuk mengadakan penyesuaian diri dengan lebih baik pada
masa pensiunnya.
2.
Pekerjaan
Searah dengan kemajuan teknologi biasanya orang-orang dewasa lanjut, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke orientasi kognitif, seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut yang harus tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
Searah dengan kemajuan teknologi biasanya orang-orang dewasa lanjut, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke orientasi kognitif, seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut yang harus tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
3.
Kesehatan
Dari hasil penelitian kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti satu hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya performance pada tes WAIS pada individu berusia di atas 60 tahun (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut sangat mungkin disebabkan oleh factor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada factor usia semata.
Dari hasil penelitian kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti satu hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya performance pada tes WAIS pada individu berusia di atas 60 tahun (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut sangat mungkin disebabkan oleh factor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada factor usia semata.
Gaya hidup individu juga berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu penelitian ditemukan bahwa ada hubungan
antara aktivitas olahraga dengan kecakapan kognitif pada Subjek pria dan wanita
berusia 55-91 tahun (Clarkson, Smith & Hartley, 1989). Orang-orang yang
giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan dan waktu reaksi lebih
baik daripada mereka yang kurang/tidak pernah berolah raga.Penelitian
berikutnya (Park, 1992; Stones & Kozman, 1989) menyetujui bahwa olah raga
merupakan factor penting untuk meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada orang
dewasa lanjut. Yang harus diperhatikan dalam aktivitas berolah raga pada dewasa
lanjut ini adalah pemilihan jenis olah raga yang akan dijalani, harus
disesuaikan dengan usia Subjek, dalam arti kondisi fisik individu.
Perkembangan Kognitif Dewasa Akhir. Mengenai
penurunan intelektual selama tahun-tahun masa dewasa merupakan suatu hal yang
provokatif (Santrock, 2004). David Wechsler (1972), yang mengembangkan skala
inteligensi, menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan
intelektual, karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang. Sementara,
John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang menurun, sementara
kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal
(crystallized intelligence=yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan
verbal yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia.
Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence=yaitu kemampuan
seseorang untuk berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Pendapat tersebut dipertanyakan Paul Baltes (1987)
dan K Warner Schaie (1984), karena metode yang digunakan Horn adalah
cross-sectional, sehingga factor individual differences, seperti perbedaan
kohort, tidak diperhatikan, padahal mungkin akan sangat berpengaruh, sehingga
kalau pun ditemukan perbedaan antara subjek yang berusia 40 tahun dengan subjek
yang berusia 70 tahun, mungkin bukan karena factor usia, melainkan kesempatan
memperolah pendidikan,misalnya.
Schaie sendiri mengadakan penelitian longitudinal tentang hal tersebut (1984), dan memperoleh hasil bahwa ternyata tidak ditemukan penurunan intelektual pada masa dewasa, setidaknya sampai usia 70 tahun.
Schaie sendiri mengadakan penelitian longitudinal tentang hal tersebut (1984), dan memperoleh hasil bahwa ternyata tidak ditemukan penurunan intelektual pada masa dewasa, setidaknya sampai usia 70 tahun.
Pada tahun 1994, Schaie kembali mengadakan
penelitian dan menemukan bahwa penurunan di dalam kemampuan-kemampuan mental
rata-rata dimulai pada usia 74 tahun.Kecepatan memproses, mengingat, dan
memecahkan masalah
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan
memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun factor individual
differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa
kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah mengukur bagaimana
orang-orang dewasa lanjut melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau
sederhana. Denney menemukan bahwa kecakapan untuk menyelesaikan problem-problem
praktis, sebenarnya justru meningkat pada usia 40-an dan 50-an. Pada penelitian
lain Denney juga menemukan bahwa individu pada usia 70-an tidak lebih buruk
dalam pemecehan masalah-masalah praktis bila dibandingkan mereka yang berusia
20-an.Perubahan mental pada usia lanjut.
4.
Belajar
Orang yang berusia lanjut lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat mengintegrasikan jawaban mereka, kurang mampu mempelajari hal-hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa lalu, dan hasilnya kurang tepat dibandingkan orang yang lebih mudah.
Orang yang berusia lanjut lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat mengintegrasikan jawaban mereka, kurang mampu mempelajari hal-hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa lalu, dan hasilnya kurang tepat dibandingkan orang yang lebih mudah.
Issue mengenai penurunan intelektual selama
tahun-tahun masa dewasa merupakan suatu hal yang provokatif (Santrock, 2004).
David Wechsler (1972), yang mengembangkan skala inteligensi, menyimpulkan bahwa
masa dewasa dicirikan dengan penurunan intelektual, karena adanya proses
penuaan yang dialami setiap orang. Sementara, John Horn (1980) berpendapat
bahwa beberapa kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya tidak.
Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized
intelligence=yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal yang
dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan
kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence yaitu kemampuan seseorang untuk
berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Pendapat tersebut dipertanyakan Paul Baltes (1987)
dan K Warner Schaie (1984), karena metode yang digunakan Horn adalah
cross-sectional, sehingga factor individual differences, seperti perbedaan
kohort, tidak diperhatikan, padahal mungkin akan sangat berpengaruh, sehingga
kalau pun ditemukan perbedaan antara subjek yang berusia 40 tahun dengan subjek
yang berusia 70 tahun, mungkin bukan karena factor usia, melainkan kesempatan
memperolah pendidikan, misalnya.Shaie sendiri mengadakan penelitian
longitudinal tentang hal tersebut (1984), dan memperoleh hasil bahwa ternyata
tidak ditemukan penurunan intelektual pada masa dewasa, setidaknya sampai usia
70 tahun. Pada tahun 1994, Schaie kembali mengadakan penelitian dan menemukan
bahwa penurunan di dalam kemampuan-kemampuan mental rata-rata dimulai pada usia
74 tahun.
Kecepatan memproses, mengingat, dan memecahkan
masalah
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang
mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang
mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan
memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun factor individual
differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa
kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah mengukur bagaimana
orang-orang dewasa lanjut melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau sederhana.
Denney menemukan bahwa kecakapan untuk menyelesaikan problem-problem praktis,
sebenarnya justru meningkat pada usia 40-an dan 50-an. Pada penelitian lain
Denney juga menemukan bahwa individu pada usia 70-an tidak lebih buruk dalam
pemecehan masalah-masalah praktis bila dibandingkan mereka yang berusia 20-an.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Orang
dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap
menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa
dewasa biasanya dibagi berdasarkan periode yang menunjuk pada perubahan
–perubahan tersebut, bersama dengan masalah–masalah penyesuaian diridan tekanan
– tekanan berdaya serta harapan-harapan yang timbul akibat perubahan tersebut.
Masa dewasa ini dibagi menjadi tiga, yaitu : (1) Masa Dewasa Dini, (2) Masa
Dewasa Madya, (3) Masa lanjut.
2.
Masa
dewasa dini dimulaipada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif. Masa perkembangan
dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan
mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti
pendidikan tinggi (universitas/akademi).
3.
Masa desawa madya
(40-50 tahun). Pada masa
dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi seperti
sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai "aus". Pada tahap
ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang
sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal yang
berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola
pemikiran ini. Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara
mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam
menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba
beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari
usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut.
4.
Masa Dewasa Lanjut / Masa Tua (Old Age 60 – Mati).
Ditandai dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis (pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara berpikir dan interaksi sosial). Orang yang berusia lanjut lebih berhati-hati dalam belajar, penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik dalam alasan induktif atau deduktif, kapasitas atau keinginan yang diperluakn untuk berfikir kreatif bagi orang berusia lanjut cenderung berkurang, kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu meningkat, makin senang seseorang dalam menjalani masa usia lanjut makin kecil waktu yang digunakan untuk mengenang masa lalu dan sebaliknya.
Ditandai dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis (pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara berpikir dan interaksi sosial). Orang yang berusia lanjut lebih berhati-hati dalam belajar, penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik dalam alasan induktif atau deduktif, kapasitas atau keinginan yang diperluakn untuk berfikir kreatif bagi orang berusia lanjut cenderung berkurang, kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu meningkat, makin senang seseorang dalam menjalani masa usia lanjut makin kecil waktu yang digunakan untuk mengenang masa lalu dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E.B.
2002. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: : Erlangga.
Mappiare, A.
1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya : Usaha Nasional.
Mujib, A. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Pt Raja Grafindo.
Mujib, A. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Pt Raja Grafindo.
Santrock, J. W.
2002. Life Span Development, Jakarta : Erlangga.
www.scribd.com/doc/6137587/PERKEMBANGAN-DEWASA-MIDLIFE
- 110k -diakses pada sabtu 21 Maret 2009.
RSS Feed
Twitter
5:59 AM
Unknown
Posted in
Jual Obat Dan Celana Hernia Butterfly Magnetik Wanita Dewasa Bayi Dan Anak
ReplyDelete